Pada tahun 1703, Inggris lumpuh karena badai terburuk yang pernah ada

Pada tahun 1703, Inggris lumpuh karena badai terburuk yang pernah ada
Hak atas foto Wikipedia.org

Badai Besar tahun 1703 menyebabkan kerusakan di sepanjang selatan Inggris, dan mendorong novelis Daniel Defoe menuliskan buku panduan tentang jurnalisme dan ilmu pengetahuan.

Tanggal 7 Desember 1703 malam, daratan Inggris diterjang peristiwa alam yang sangat ekstrem.

Setelah berpekan-pekan dilanda angin dan hujan, angin ribut menyapu seluruh negeri di penghujung malam, dari pesisir Welsh hingga Midlands serta wilayah selatan lainnya, terutama menghajar Bristol dan London. Badai dahsyat itu juga mendatangkan malapetaka di dataran Eropa, menyebabkan kerusakan parah di Belanda, serta gugusan pulau di Denmark dan Jerman.

Malapetaka ini diingat dalam sejarah sebagai "Great Storm of 1703" (Badai Besar tahun 1703), dan dianggap sebagai badai terburuk yang pernah terjadi di Inggris. Ratu Anne bahkan menggambarkannya sebagai " Bencana yang Mematikan dan Mengagumkan, yang pernah Terlihat dan Dirasakan, dalam Kenangan setiap Orang Hidup di Kerajaan Kita ini."

Badai Besar tahun 1987 sering dikatakan sebagai badai terburuk di Inggris semenjak Badai Besar tahun 1703. Tetapi apakah badai 1703 adalah badai terbesar dalam sejarah Inggris sebelum tahun 1987?

badai 1987 di Inggris Hak atas foto Jim Gray/Hulton Archive Image caption Seorang anggota polisi di kota London berdiri di sebelah pohon yang tumbang akibat badai, Oktober 1987.

Mendiang Hubert Lamb, pendiri Climatic Research Unit di University of East Anglia di Norwich, Inggriss, bekerja sama dengan Knud Frydendahl, Danish Meteorogical Institute, mempelajari badai tersebut. Dalam buku mereka yang terbit pada 1991, Historic Storm of the North Sea, British Isles and Northwest Europe, mereka menempatkan malapetaka itu pada peringkat kelima dari kerusakan yang diakibatkannya.

Badai itu mencatat angka 9.000 pada "indeks keparahan". Ini berdasarkan pada kecepatan dan berapa lama badai itu terjadi, kawasan dan bangunan yang luluh-lantak akibat angin ribut, dan jumlah nyawa manusia serta hewan yang hilang.

Badai paling parah menurut indeks Lamb adalah badai tahun 1987 dengan skor 20.000, diikuti oleh badai tahun 1792 (12.000), 1825 (12.000) dan 1694 (10.000, tetapi dengan catatan badai ini kurang dikenal karena kejadiannya sudah begitu lama).

Jadi kenapa Badai Besar tahun 1703 tetap ada di dalam ingatan kolektif masyarakat, jika dibandingkan dengan beberapa badai lainnya yang tampaknya lebih parah? Sebagian berkat Daniel Defoe dan laporannya yang rinci dan populer, yang mengubah badai tersebut menjadi berita utama yang berhubungan dengan cuaca di Inggris.

badai 1703 di Inggris Hak atas foto Wikipedia.org

Barangkali juga karena kerusakan fisik akibat amuk angin topan itu, juga dampaknya dianggap sangat dahsyat yang menghantam wilayah selatan Inggris, dengan kota-kotanya dipadati penduduk serta pelabuhan yang sibuk.

Badai menumbangkan ribuan pohon: menerbangkan genteng dari atap rumah, memecahkan jendela-jendela; dan menghamburkan kapal-kapal dari tambatannya di Sungai Thames. Dan, sebuah perahu di Whitstable, Kent, terlempar 250 meter ke daratan dari tepi air.

Ketika Inggris tidur, angin mengangkat dan menjatuhkan cerobong asap, membunuh orang-orang yang sedang tidur. Mengangkat ikan-ikan keluar dari kolam dan melemparkannya sampai ke tepi sungai di St James's Park, London, menjatuhkan burung-burung ke tanah, dan menghabisi hewan-hewan di peternakan. Pohon-pohon ek tumbang dan menjadi potongan kayu, besi dan timah melesat di jalan-jalan.

Angin kencang menerbangkan seorang laki-laki ke udara melewati pagar. Seekor sapi melayang sampai ke puncak pohon. Petir menyambar di Whitehall dan Greenwich. Dari jam lima pagi sampai jam setengah tujuh, badai mengamuk habis-habisan. Diperkirakan sebanyak 8.000 dan 15.000 orang terbunuh.

badai di inggris 8 agustus 1931 Hak atas foto Hulton Archive Image caption Gelombang ombak menerjang pinggiran pantai di Scarborough, Yorkshire, Inggris, 8 Agustus 1931.

Angin yang kencang dan berkepanjangan telah menyapu seluruh negeri selama 14 hari menjelang badai. Angin itu sudah cukup dahsyat untuk menumbangkan cerobong asap, menghancurkan kapal dan menerbangkan genteng-genteng dari atap rumah.

"Dilihat dari dampak dramatisnya, ini memang luar biasa," kata Dennis Wheeler, seorang profesor klimatologi emeritus di University of Sunderland. "Ribuan pelaut mati. Jumlahnya mencapai 6.000 orang. Pada saat itu, kita terlibat dengan Perang melawan Spanyol, jadi kita rasanya sangat kehilangan mereka. Kita kehilangan banyak kapal, kehilangan keuntungan ekonomi, dan kerusakan parah terlihat di mana-mana."

Sejumlah laporan memperlihatkan negara itu diterjang angin barat selama berminggu-minggu yang berujung amuk badai sehingga Selat Inggris dipenuhi kapal-kapal yang memilih meninggalkan dataran Inggris.

badai di inggris 12 Agustus 1938 Hak atas foto David Savill/Hulton Archive Image caption Suasana kota London setelah diterjang badai, 12 Agustus 1938.

"Jika kamu diserang angin barat di Selat Inggris, kamu tidak dapat berlayar melewati selat itu," kata Wheeler yang mempelajari badai tahun 2003. "Kamu harus menunggu sampai kapal bisa berlayar."

Ketika badai mengintai, banyak kapal Angkatan Laut Kerajaan Inggris telah berkumpul di wilayah itu, katanya, untuk persiapan melakukan serangan ke kota pesisir Spanyol, Cádiz - sebuah operasi yang pada akhirnya mampu merebut daratan Gibraltar. Akan tetapi, akibat badai, 13 kapal perang Inggris dan banyak kapal dagang hilang di selat itu, bersama para pelautnya.

Para ahli meteorologi modern telah mempelajari badai pada tahun 1703 untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Dalam buku yang ditulis bersama Knud Frydendahl pada tahun 1991, Hubert Lamb memetakan pergerakan badai selama periode 14 hari.

badai di London 1934 Hak atas foto H. F. Davis/Hulton Archive Image caption Seorang warga London berusaha menghindari genangan air setelah kota itu diguyur hujan badai, 24 Juli 1934.

Dia menunjukkan bahwa aktivitas siklon terkonsentrasi di Inggris selama enam hari pertama dan kemudian pindah ke utara. Di hari ketujuh, siklon lain tiba dari barat dan bergerak melintasi negara itu ke Eropa Utara.

Melihat catatan tekanan udara dari waktu ke waktu, dia mencatat "sistem tekanan rendah", dan London mengalami perubahan tekanan "paling tajam". Analisisnya terhadap material sumber menemukan tekanan terendah 950 milibar (mb) di atas Inggris tengah.

"Tekanan-tekanan biasanya terbentuk di tengah-Atlantik dan didorong melintasi Atlantik oleh arus dengan kecepatan tinggi yang mengatur siklon," kata Wheeler. "Kadang-kadang siklon itu jinak, tetapi itu merupakan wilayah dengan tekanan rendah dan mereka membawa awan dan hujan."

banjir di London Hak atas foto Hulton Archive Image caption Banjir melanda sebagian sudut kota London, 17 Agustus 1977.

Tetapi apakah kita dapat mengetahui kenapa wilayah bertekanan rendah ini begitu bertenaga?

Salah satu alasannya adalah bahwa perbedaan temperatur yang sangat kontras menyebabkan siklon yang sangat kuat, kata Wheeler.

"Ketika mereka sekuat itu, biasanya mereka menghasilkan suhu yang begitu kontras antara garis lintang kutub dengan garis lintang tropis," kata Wheeler. "Jadi ada sebuah saran yang, meskipun kita tidak memiliki catatan suhu udara di Atlantik, Anda dapat memperkirakan penurunan suhu yang curam di utara ke selatan. Itulah ketidaksamaan energi panas yang menyebabkan peningkatan siklon tersebut."

Di masa itu, kawasan Inggris daratan disebut sebagai 'Zaman Es Kecil'.

badai di London 1930 Hak atas foto Fox Photos/Hulton Archive Image caption Serangan badai menyebabkan jalanan di kota London rusak parah, 16 Juni 1930.

"Sangat mungkin kondisi itulah yang mempengaruhi badai, tetapi seperti ainnya mereka multi-kasual," kata Wheeler. "Tentu saja sejauh yang diperhatikan oleh kepulauan Inggris, tahun 1680an dan 1690an dapat dikatakan sebagai dua dasawarsa terdingin sejak es mencair sekitar 12.000 tahun yang lalu.

Satu teori tentang asal mula badai itu adalah angin topan di New England telah menyeberangi Atlantik.

"Kami sudah diberitahu bahwa mereka (Florida dan Virginia) telah mengalami angin topan yang tidak biasa beberapa hari sebelum 7 Desember yang fatal," tulis Defoe. Tetapi dia tidak memberikan sumbernya.

Karena ini adalah musim badai, dan badai dapat menyebar, Wheeler tidak menemukan bukti yang jelas untuk mendukung teorinya. Sementara Lamb menulis bahwa ada "beberapa dukungan" untuk anggapan tersebut.

badai di London 1932 Hak atas foto Central Press/Hulton Archive Image caption Badai yang menerjang sudut kota London pada musim panas, 1 Agustus 1932.

Tentu saja, angin adalah kekuatan badai. Berdasarkan instrumen awal dan grafik, Lamb memperkirakan bahwa angin yang paling kuat dalam peristiwa ini sekitar 150 knot. Kecepatan angin permukaan tampaknya telah mencapai 80 atau 90 knot (sekitar 140-155 km/jam atau 87-96 mph), dengan "angin dan hujan yang mungkin jauh lebih kuat".

Seberapa besar Badai Besar itu mempengaruhi meteorologi awal?

Defoe menyusun suatu daftar istilah - "Table of Degrees" - untuk mendeskripsikan kekuatan angin dalam buku tahun 1704-nya. Sebuah penghubung sering dibuat antara tabel Defoe dan skala Beaufort, yang dibuat satu abad kemudian dan sekarang digunakan di seluruh dunia kelautan untuk mengukur angin. Keduanya mirip dalam struktur, tetapi tidak jelas apakah Beaufort secara langsung terinspirasi karya Defoe.

Wheeler mencari di kedalaman kosakata bahari, dan menemukan bahwa bahasa tidak resmi untuk menjelaskan kekuatan angin ada sebelum skala Beaufort, tetapi itu bukan tabel Defoe.

Alasan kenapa dampak secara meteorologi sangat kecil, dapat dilacak pada konteks sejarah: meteorologi hampir tidak ada di tahun 1703.

badai di London 1947 Hak atas foto E. Brookes/Hulton Archive Image caption Tiga orang petugas tengah bekerja setelah badai menerjang kota London yang mengakibatkan sejumlah pohon tumbang di Hyde Park, London, 17 Maret 1947.

Sebelum abad Pencerahan abad ke 18, sebagian besar orang Eropa meyakini kekuasaan Tuhan, yang kemarahannya dapat berimbas pada masalah cuaca. Berbagai kotbah para pendeta saat itu menafsirkan badai sebagai tanda kemarahan Tuhan atas berbagai kejahatan, termasuk keberadaan teater dan ilmu pengetahuan. Catatan-catatan di luar keagamaan juga menghubungkan badai dengan kemarahan Ilahi. "Angin merupakan Bagian dari Pekerjaan Tuhan oleh Alam," tulis Defoe.

"Anda dapat melihat beberapa ilmuwan mulai mendapatkan pengakuan dengan pandangan rasional terhadap dunia, seperti Newton," kata Wheeler. "Mereka adalah puncak gunung es intelektual, tetapi kebanyakan orang memiliki pandangan keagamaan yang mendalam tentang peristiwa yang mereka alami. Sejauh yang banyak orang khawatirkan, ini benar-benar perbuatan Tuhan."

Dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain, meteorologi membutuhkan waktu yang lama untuk muncul dan berkembang. Seperti yang ditunjukkan oleh Wheeler, masalah dengan mempelajari cuaca adalah bahwa peristiwa seperti Badai Besar tidak dapat diulang di laboratorium.

badai di Brighton 1955 Hak atas foto Keystone/Hulton Archive Image caption Ombak tinggi menghantam kawasan pantai di Brighton, Inggris, 6 Oktober 1955.

"Belum sampai abad ke 19, para ilmuwan mulai menyadari bahwa angin ini adalah sistem sirkulasi, bukan aliran linear," kata Wheeler. "Hal ini tidak benar-benar mulai sampai tahun 1820an dan 1830an. Seperti semua cabang sains ini merupakan masalah, yaitu seperti meraba-raba dalam kegelapan, selama beberapa tahun."

Sama seperti bahasa keagamaan, dari kebanyakan catatan tentang badai, tidak ada terminologi standar untuk menjelaskan cuaca atau proses atmosfer. Ramalan dan kosakata meteorologi tidak akan muncul sampai jauh di kemudian hari, pada tahun 1860an.

Sebuah jurnal harian anonim tentang cuaca dari tahun 1703, dianalisis oleh Jan Golinski dari University of New Hampshire, memberikan beberapa wawasan tentang bagaimana perbedaan bahasa digunakan sebelum ilmu meteorologi dan klimatologi berdiri.

Si penulis buku harian menggunakan kata-kata seperti 'sedih', 'tidak nyaman', 'indah', 'menawan', 'tersenyum' dan 'ceria' untuk menggambarkan kondisi dan tanggapannya kepada mereka. "Dia menggambarkan bagaimana humor jasmaniahnya menanggapi keadaan atmosfer. Bahkan dia kadang-kadang menceritakan kegembiraan spiritual atau penyatuan erotis dengan lingkungannya," tulis Golinski.

badai di South Wales Hak atas foto Hulton Archive Image caption Kerusakan akibat badai yang menerjang sebuah kawasan di Wales Selatan, Inggris, 27 Januari 1939.

Para nakhoda dan laksamana di atas kapal yang berkewajiban mencatat perkembangan cuaca harus berjuang demi mencari kata-kata guna menerangkan Badai Besar.

"Ini sangat parah, tidak seorang pun dari para kapten kapal yang malang ini pernah mengalaminya, jadi mereka tidak memiliki tolok ukur untuk mendasarkan deskripsi," kata Wheeler, yang mempelajari buku catatan Royal Navy secara mendalam. "Satu orang menyerah dan hanya menulis 'badai yang paling keras' dan meninggalkannya pada saat itu, karena dia menginginkan lebih dari yang dapat dia katakan."

Meski begitu, ada tanda-tanda terang tentang minat ilmiah dalam peristiwa tersebut. The Royal Society, yang telah berdiri beberapa dekade sebelumnya di tahun 1660, merilis edisi khusus jurnal Philosophical Transactions, yang mencakup rincian detil tentang temperatur, pembacaan barometer, dan curah hujan di bulan-bulan sebelumnya.

Banjir melanda, separuh ibu kota Jakarta sempat lumpuh Longsor tewaskan tiga orang, Jakarta mulai banjir, pengungsian berlangsung Hujan sejak pagi, sebagian Jakarta dilanda banjir (lagi)

Beberapa tahun setelah Badai Besar, sebuah armada Laksamana Inggris hancur di gugusan batu karang di kepulauan Scilly dalam cuaca buruk dan banyak pelautnya yang mati. Sebagai tanggapan atas tragedi itu Board of Longitude didirikan untuk menentukan garis bujur di laut, sehingga para navigator kapal dapat dengan tepat menentukan posisinya.

Sementara dampak Badai Besar tidak tercatat secara resmi, sejumlah laporan menunjukkan bahwa hal tersebut menggelitik rasa ingin tahu para ilmuwan tentang peristiwa cuaca ekstrem. Hal inilah yang mengawali meteorologi yang kita gunakan saat ini.

Anda bisa membaca artikel aslinya dalam In 1703, Britain was struck by possibly its worst ever storm atau tulisan lain dalam BBC Earth.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.