Telkomsel Bukukan Pertumbuhan di Atas Industri Telekomunikasi Nasional

Jakarta, Selular.ID – Kinerja keuangan akhir tahun emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia sudah mulai marak dimumkan. Salah satu emiten yang sudah mempublikasikan kinerja keuangannya di tahun 2017 adalah PT Telkom Tbk.

Andri Ngaserin Head Of Research PT Bahana Sekuritas menjelaskan, keuangan PT Telkom dari sepuluh tahun yang lalu hingga saat ini masih merupakan yang terbaik dibandingkan emiten telekomunikasi lainnya.

Ini dibuktikan dengan gearing ratio perusahaan BUMN tersebut yang masih terbilang sangat rendah. Dengan gearing ratio yang masih sangat rendah, kemampuan Telkom untuk melakukan ekspansi usaha di masa mendatang masih terbuka luas.

Selain masih memiliki kemampuan untuk ekspansi, Telkom juga merupakan satu-satunya perusahaan telekomunikasi yang memiliki jaringan fiber optik yang paling luas di Indonesia.

Dengan luasnya jaringan fiber optik yang dimiliki oleh Telkom, membuat jaringan anak usahanya yang terjun di bisnis selular yaitu Telkomsel masih menjadi terbaik di Indonesia.

“Hingga saat ini jaringan selular Telkomsel merupakan yang terbaik di Indonesia. Ini dibuktikan dengan dari open signal yang menobatkan Telkomsel sebagai operator telekomunikasi terbaik di Indonesia,”papar Andri kepada rekan media baru-baru ini.

Sebenarnya tak hanya open signal saja yang mendaulat Telkomsel sebagai operator telekomunikasi terbaik di Indonesia.

Dalam laporan  yang dibuat nPerf, salah satu penyedia layanan penguji kecepatan internet yang cukup populer, juga menobatkan Telkomsel sebagai perusahaan operator seluler dengan performa internetnya paling bagus selama 2017.

Selain memiliki gearing ratio yang masih rendah, revenue, EBITDA, dan net income Telkom di tahun 2017 yang lalu juga masih membukukan pertumbuhan yang sangat baik yaitu masing-masing 10.2%, 8.6%, dan 14.4%.

Tumbuhnya revenue, EBITDA, dan net income Telkom ini juga diatas rata-rata emiten sektor telekomunikasi yang melantai di Bursa Efek Indonesia.

Andri menilai tumbuhnya kinerja keuangan Telkom tersebut tak lepas dari kinerja Telkomsel yang terbilang moncer. Revenues, EBITDA and Net Income Telkomsel di tahun 2017 masih dapat tumbuh. Revenue tumbuh dari Rp 86,725 triliun menjadi Rp 93,217 triliun atau mengalami kenaikkan 7,5%.

EBITDA Telkomsel tumbuh dari Rp 49,781 triliun menjadi Rp 53,592 triliun atau naik 7.7%. Net income Telkomsel juga menggalami peningkatan dari Rp 28,195 triliun menjadi Rp 30,395 triliun atau naik 7,8%.

Pertumbuhan yang dibukukan oleh Telkomsel tersebut terbilang sangat baik. Bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,07% YoY di tahun 2017 maupun prediksi pertumbuhan industri telekomunikasi yang hanya naik 6,7%.

Diakui Andri, memang pendapatan Telkom dan Telkomsel dari bisnis legacy yaitu SMS maupun voice mengalami penurunan. Namun penurunan tersebut dapat ditutup dengan melonjaknya pendapatan dari layanan data Telkomsel yang sangat tinggi.

Kontribusi digital business Telkomsel naik dari Rp 30.69 triliun menjadi Rp 39,466 triliun atau tumbuh 28,7%.

“Memang trend diseluruh perusahaan telekomunikasi dunia sama yaitu perpindahan dari voice dan SMS ke layanan data. Saya optimis pendapatan Telkomsel dari layanan data masih akan terus tumbuh seiring perubahan trend masayarakat yang lebih memilih menggunakan layanan OTT. Saya melihat Telkomsel tidak ikut dalam perang harga layanan data. Saya berharap strategi tersebut dapat terus dipertahankan agar tidak menggangu kinerja keuangan Telkom,”ujar Andri.

Baca juga: Program CSR Telkomsel Sabet Penghargaan Tingkat Dunia

Pengamat pasar modal ini berharap agar Telkomsel tidak ikut dalam perang tarif layanan data. Sebagai market leader, memang Telkomsel memiliki kemampuan untuk melakukan perang harga. Namun hingga saat ini langkah perang harga tidak dilakukan oleh Telkomsel.

Selain berpotensi menggangu kinerja keuangan Telkom, jika Telkomsel ikut perang harga maka akan berdampak langsung ke dari cash flow perseroan. Jika cash flow perseroan tergangu, dampaknya akan menggangu investasi. Jika perusahaan telekomunikasi tak memiliki kemampuan lagi melakukan investasi, bisa dipastikan mereka tak bisa mengikuti trand teknologi yang terjadi.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.