2.000 Hektar Kakao di Sultra Bakal Diremajakan

2.000 Hektar Kakao di Sultra Bakal Diremajakan

Potensi kakao di Sultra dilirik Kementan RI. Dari 8.000 hektar kakao target peremajaan secara nasional, sekira 2.000 hektar kakao di Sultra bakal diremajakan. Potensi unggulan tanaman ini akan dibenahi. Bahkan Pemka Kolut menyiapkan anggaran sekira Rp 50 miliar dalam APBD 2018. Tampak sidang paripurna Dewan Riset Daerah dan seminar nasional pengembangan kakao berbasis inovasi untuk mendukung kemandirian dan daya saing daerah di Ballroom Hotel Horison, Selasa (5/12). Foto: Marwan Abidin/Kendari Pos

KENDARIPOS.CO.IDSulawesi Tenggara di kenal sebagai salah satu daerah penghasil kakao di Indonesia. Produk dan kualitas tanaman ini terdapat di berbagai daerah seperti Kolaka Utara dan Kolaka Timur. Potensi unggulan kakao di Sultra mendapat perhatian lebih dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan). Secara nasional, pemerintah pusat melalui Kementan RI akan membenahi dan meremajakan sekira 8.000 hektar kakao. Termasuk 2.000 hektar di Sultra.

Hal itu terungkap dalam sidang paripurna Dewan Riset Daerah dan seminar nasional pengembangan kakao berbasis inovasi untuk mendukung kemandirian dan daya saing daerah di Ballroom Hotel Horison, Selasa (5/12).

Direktur Perlindungan Perkebunan Kementan RI, Dudi Gunadi menjelaskan pemerintah pusat sangat mendukung setiap daerah yang memiliki potensi unggulannya, salah satunya tanaman kakao. Budidaya dan pasca panen harus dipastikan dapat menghasilkan tanaman kakao terbaik. “Intinya untuk meningkatkan biji kakao yang dihasilkan itu bisa melimpah dan berkualitas,” ujar Dudi Gunadi.

Olehnya, semua pihak khususnya di Sultra harus senantiasa bekerja sama dengan stakeholder. Dimulai dari Pemprov, Pemda, stakeholder termasuk pemerintah pusat. Dudi mengungkapkan Kabupaten Kolut menjadi perhatian Kementan RI saat ini sebagai daerah komoditas unggulan kakao sehingga Science Techno Park (STP) bisa diadakan di Kolut.

Bupati Kolut, Nur Rahman Umar menjelaskan mayoritas penduduknya bekerja di sebagai petani kakao. 80 persen bekerja di sektor pertanian. Jumlah tersebut tercatat tersebar di 15 kecamatan dengan luas lahan kakao sekira 78.966 hektar. Namun dari jumlah tersebut ada sekira 43 hektar rusak tanaman kakao yang butuh peremajaan.

Bupati Kolut berjanji ke depan pihaknya akan meningkatkan dukungan dalam perbaikan dan peremajaan tanaman tersebut. Sehingga, pada APBD tahun 2018 akan dialokasikan sebanyak Rp 50 miliar untuk sektor perkebunan dari sebelumnya berkisar Rp 7 miliar setiap tahun. “Jika berjalan dengan baik selama program lima tahun memimpin maka setiap tahunnya akan menghasilkan triliunan rupiah dari produksi kakao ini,” ujar Nur Rahman Umar.

Selain itu, pihaknya juga melakukan kerja sama dengan berbagai stakeholder, misalnya pemerintah provinsi, swasta, dan tiga profesor baik dalam bidang tanah maupun hama dan lainnya. Hal itu untuk memastikan hasil produksi kakao terbaik.

Sementara itu, Sekprov Sultra, Lukman Abunawas mengatakan sejatinya pemerintah terus mendukung apapun komoditas unggulan, termasuk kakao. Daerah yang dilimpahi tanaman tersebut harus dapat maksimal kerjasama dengan stakeholder untuk terus meningkatkan produksi dan kualitasnya. “Tentu kita memberikan support dan mengapresiasi pemda atau masyarakat penghasil kakao ini karena menjadi modal daerah,” ungkapnya.

Kepala Balitbangda Sultra, Sukanto Toding menjelaskan saat ini memang untuk Techno Park baru ada di Kolut dari 17 kabupaten/kota. Karena sejatinya hanya dua daerah itu yang mendominasi. “Kedepannya bisa dengan kerjasama dengan stakeholder, bisa ada Tevhno Park ini,” jelasnya. (wan/b)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.