Pembunuhan disiarkan di media sosial: keluarga korban menuntut Facebook

Pembunuhan disiarkan di media sosial: keluarga korban menuntut Facebook
Robert Godwin Hak atas foto @Repairerofthebr Image caption Robert Godwin berfoto bersama putrinya, Debbie Godwin, saat merayakan Father's Day tahun 2015.

Keluarga dari Robert Godwin, yang pembunuhannya direkam dan videonya tersiar di Facebook, menggugat jejaring sosial itu dengan tudingan kelalaian dan perbuatan yang mengakibatkan kematian.

Godwin, 74 tahun, menjadi korban penembakan acak saat ia pulang dari makan siang Paskah pada bulan April lalu.

Steve Stephens, pelaku penembakan yang kemudian menembak mati dirinya sendiri, mengunggah video pembunuhan itu di Facebook, yang ditonton jutaan orang.

Facebook menjadi bulan-bulanan kritik karena rekaman itu tersedia selama berjam-jam di layanan mereka.

Setelah itu facebook mengkaji dan memperbaiki prosedur pengunggahan mereka.

"Kami ingin semua orang merasa aman menggunakan Facebook, karenanya kami menerapkan kebijakan yang melarang (diunggahnya) ancaman langsung, serangan, ancaman serius terhadap bahaya keselamatan umum dan pribadi dan aktivitas kriminal lainnya," kata Natalie Naugle, dari Facebook.

"Kami bersimpati terhadap keluarga korban, yang mengalami peristiwa tragis dan kehilangan anggota keluarga dalam pwristiwa di luar akal sehat itu," katanya dalam sebuah pernyataan.

Keluarga Godwin menuturkan bahwa tuntutan hukum itu dimaksudkan untuk menuntut pertanggungjawaban Facebook atas pembunuhan tersebut, dengan alasan mereka tidak memberikan peringatan menjelang pembunuhan tersebut.

Hak atas foto Reuters Image caption Melalui siaran langsung di Facebook, Steve Stephens mengaku telah membunuh 13 orang dan masih akan terus membunuh, kendati polisi baru mengidentifikasi satu orang korban.

"Gugatan hukum ini bertujuan agar Facebook memikul tanggung jawab, antara lain pada kelalaian mereka dalam mengambil langkah ketika ada ancaman kekerasan yang sudah jelas dan kredibel," katanya.

Keluarga meminta ganti rugi, dan mengatakan bahwa situs tersebut lali bertindak terkait "ancaman kekerasan yang dilontarkan oleh tersangka".

Dalam video Facebook lainnya yang diunggah Stephens di hari pembunuhan Godwin, ia mengatakan "baru saja menembak", dan brbicara mengenai utang yang melilitnya akibat judi dan hubungan cinta yang berantakan.

Sementara dalam video lainnya ia mengatakan telah membunuh 13 orang dan akan trus membunuh.

Menyusul pembunuhan tersebut, seorang juru bicara Facebook mengatakan: "Ini kejahatan yang mengerikan dan kami tidak mengizinkan konten semacam ini ada di Facebook."

Justin Osofsky, wakil presiden operasi global Facebook beralasan bahwa pengaduan pertama tentang video tersebut muncul sekitar dua jam setelah diunggah.

Stephens diburu polisi setelah ia dikenali oleh karyawan McDonald's di Pennsylvania, yang menangani pesanannya dan menelepon nomor layanan 911.

Polisi memburunya tapi ia menembak dan membunuh dirinya sendiri "setelah tidak bisa mengiuasai kendaraannya," saat dikejar, dan terdesak, kata polisi.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.